Senin, 28 Februari 2011

Nol Kilometer || Februari 2009

Inilah barometernya kota Jogja, daerah yang disebut dengan titik Nol Kilometer alias pusernya Jogja, tapi kalo ini gak bodong. Ini bukan wisata alam tapi wisata sejarah, jadi sudah ada sejak jaman dulu kala. Disini kamu pasti bingung karena buanyak sekali tempat wisata, misalnya kearah selatan ada Kraton, ke utara ada Malioboro dan Stasiun Tugu, ke timur ada Benteng Vreedeberg, kemudian kebarat belok selatan dikit ada Tamansari atawa Water Castle.
 Penasaran..? Sabar…sabar, kita intimidasi satu per satu.
Sebelum kaki beranjak, kita tengok kanan-kiri Nol Kilometer ini dulu. Ternyata hampir setiap malam tempat ini ramai orang pada nongkrong. Ini tempat emang asik buat begituan coz meskipun ditengah kota, tetapi karena tata ruang taman yang rapi maka kita akan seperti ditaman bermain dengan penorama gedung-gedung tua yang berdiri dengan megah diselingi pedagang cinderamata khas Jogja serta disemarakkan lagi dengan lalu lalang kendaraan yang melintas dengan tertib. Jadi jangan grusah grusuh biar gak ketabrak sepeda, itu juga masih untung, gimana kalo bis ato truk gandeng yang nabrak.




 Jika malam minggu ato libur, akan semakin marak dengan kumpulan anak-anak baik dari jalanan maupun mahasiswa yang menampilkan berbagai keterampilan mereka seperti tarian tradisional, freestyle sepeda dan sebagainya. Huff, jogja emang beda coy, adem ayem karta raharja.
Wokey guys, kita jalan dikit biar gak ngantuk…
Target pertama kearah utara dengan menyusuri Jalan Malioboro. Disini bisa dibilang pusatnya jajanan murah seperti souvenir dan makanan khas jogja, bisa juga naik andong ato becak buat yang rada manja. Namun sayangnya sekarang banyak bangunan kuno disulap menjadi bangunan modern untuk bisnis seperti mal. Perlu diperhatikan jika pernak-pernik disini sebaiknya tanya dulu harganya biar gak kesruduk dari belakang alias katipu. Hati-hati juga coz banyak barang palsu beredar. Kalo beli langsung saja ke agennya yang terletak disebelah baratnya Kraton, agak mahalan memang, tapi ya modal dikitlah. 



Dari Jalan Malioboro ini kalo diterusin ngalor terus akan ketemu Stasiun Tugu dengan arsitek tempo doeloe, lalu ada Tugu yang merupakan icon kota jogja, banyak juga yang take a picture disini meski harus nahan malu or rupo gedhek coz terletak ditengah perempatan lampu merah. Jadi kalo ambil foto disini sampean kayak selebritis lagi ada pemotretan karena banyak yang ngeliat..
Next....
Kembali ke Nol Kilometer, arahkan badan ke pojok lor wetan, disitu akan melihat Benteng Vreedeberg. Jika masuk maka akan menemui semacam museum untuk memperingati serangan umum 1 maret 1949 yang mana kakek nenek kita dahulu berjuang mati-matian untuk merebut kota jogja dari penjajah yang waktu itu menjadi ibukota Negara Indonesia. Jadi apabila sekarang kerjaan kita cuman tidur melulu, itu berarti sungguh ter..la..lu. Kurang menarik memang untuk dibahas, so kita sudahi saja perjalanan di benteng vredeberg ini.



Masih kuat jalan....lanjut bro...
Dari tempat start tadi, kita masuk ke selatan. Lagi-lagi akan ditemui icon kota jogja yaitu Kraton beserta perlengkapannya. Ketika masuk kraton, unggah-ungguh ato tata krama betul-betul di jaga. Jangan asal nylekop maupun pethakilan, takutnya bisa kualat, misalnya kalo kencing gak bisa balik lagi, ya iyalah.



Terakhir, atur posisi kedua bola mata ke arah selatan. Kalo masih jeli ato biasa ngintip pasti dapat melihat bangunan berupa tembok yang sangat tua dan rapuh. Your right, that is Water Castle, bahasa manusianya Tamansari. Yakni sebuah tempat pemandian putri raja jaman doeloe. Konon disitu ada sumur yang terhubung langsung dengan laut selatan parangkusumo, sumur itu dinamakan sumur gemuling.
Tapi jangan berharap bilamana berkunjung di situ dapat ngintip putri raja lagi mandi, sebuah ambisi yang salah kaprah apabila mempunyai obsesi itu.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar